ILMU PENGETAHUAN DALAM EKSISTENSIALISME
Ilmu pengetahuan Memang selalu menjadi instrumen fundamental manusia untuk membuktikan dirinya ada(eksis) dalam mengada (eksistensialisme). Dalam pemenuhan dirinya, terkadang ilmu pengetahuan selalu menjadi alat untuk mengukur segala hal dalam empirisme, sehingga inilah menjadi sebuah rujukan yang mendorong manusia untuk mereduksi makna hidup yang terkadang bercampur dengan kondisi-kondisi yang tidak memungkinkan.
Dalam hal lainnya. Manusia mampu mengintervensi segala aspek kehidupan demi mencapai kehidupan sosial. Yang artinya bahwa manusia tidak akan bisa terlepas dari ikatan ikatan batin di luar dirinya sebagai Manusia sendiri. Untuk mencari makna hidup sosial inilah, manusia menciptakan ilmu pengetahuan sebagai bentuk struktural dirinya terhadap legitimasi MAHKLUK berfikir sekaligus mahkluk sosial.
Jauh dari itu semua pula. Kontradiksi selalu muncul dalam tatanan kehidupan manusia yang hidup dalam kondisional sosial. Konflik yang terjadi dikarenakan manusia tidak akan lepas dari determinasi perbedaan pendapat, setiap diri di desain mungkin. Untuk menjadi kompleks oleh tuhan. Namun, cara kita untuk mendapatkan itu berbeda beda. Sehingga faktor-faktor terhadap ilmu pengetahuan tak jarang menjadi pengaruh terhadap eksistensialisme kehadiran Manusia terhadap dirinya sebagai objek maupun subjek.
Seperti yang di utarakan pemikiran dari talcot parsons bahwa struktural fungsional dari manusia tidak akan lepas dari setiap individu individu untuk saling mengikat. Jikapun terjadinya distingsi ataupun marginalisasi kongnitif secara kolektif. Maka, yang harus terjadi adalah ilmu pengetahuan akan menjalin komunikasi sebagai bentuk interaksi interaksi struktural dengan memperhatikan tupoksi dirinya secara subjek.
Dalam pemahaman ini. Banyak kondisi fungsional manusia membentuk konstruksi berfikir dengan mengorientasi terhadap segala hal dengan syariat syarat transendental terhadap ilmu pengetahuan menjadi parsial. Talcot parsons menawarkan dirinya dalam teori struktural fungsional untuk menata segala hal dengan fungsi fungsi yang mempresentasikan terhadap tindakan sosial sebagai fakta dalam implementasi nya. Sehingga dari itu semua yang menjadi perhatian adalah bagaimana ilmu pengetahuan menstandarkan dirinya sebagai ilmu general Sekaligus melegitimasi Bagiamana mahkluk sosial itu mungkin untuk menjadi dorongan dalam diri manusia.
Hemat nya dalam penjelasan ini adalah. Kondisi-kondisi kolektif yang dihadirkan adalah bagaimana ilmu pengetahuan itu menjadi standarisasi terhadap buat teori struktural fungsionalisme. Jika mungkin teori akan memberikan realitas untuk mengaplikasikan dengan dirinya sebagai nyata. Maka, segala hal yang menjadi kondisi ilmu pengetahuan akan selalu di orientasi kan secara komprehensif. Emile durkheim pula memberikan sebuah standarisasi terhadap bagaimana ilmu pengetahuan bisa ber relasi dalam perubahan sosial. Alienasi mengenai makhluk sosial sebagai objektif terhadap manusia selalu dipersonifikasi sebagai kajian yang di orientasi secara holistik.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada manusia memang selalu memperhatikan ilmu pengetahuan. Baik itu ilmu pengetahuan di dalam segi matematis maupun sosial. Sehingga inilah menjadi silogisme terhadap eksistensialisme sebuah ilmu pengetahuan dalam sosialnya. Manusia menemukan dirinya bagaimana tindakan-tindakan yang terjadi tergantung bagaimana manusia memperhatikan dirinya sebagai makhluk berpikir. Terkadang perubahan sosial terjadi disebabkan karena alienasi dari ketidaktahuan diri terhadap dirinya yang memberikan makna. Ilmu pengetahuan sebagai instrumentasi fundamental memberikan arahan sekaligus dimensi dimensi pilihan untuk menentukan bagaimana kelanjutan dari hipotesa kalkulasi.
Sehingga dalam yang paling bentuk sederhana baik dari teori talcot parsons maupun Emile durkheim adalah bagaimana ilmu pengetahuan sebagai ilmu sosial memperhatikan objek makhluk sosial sebagai malu berpikir yang bersifat objektif dan standar universitas. Tanpa harus memperhatikan ilmu pengetahuan yang sudah statis dan berkembang ketika berhasil di Falsifikasi. Maupun memperhatikan dirinya manusia dalam sektor sosial yang tidak akan lepas dari ikatan satu sama lain. Maka dari itu semua dibutuhkan keseimbangan menentukan sudut ambivelensi dari kontradiksi yang terjadi, walaupun tahapan tahapan hierarkis yang nampak beruba menkotekskan oposisi binear.
Penulis:wahyu trisno aji
Komentar
Posting Komentar